Sample Text

SELAMAT DATANG DI YONIF 123/RAJAWALI Jln. Imam Bonjol KM 3 Kota Padangsidimpuan - Sumatera Utara (Maaf Blog ini sedang dalam tahap pembangunan...bila ada saran silahkan emailkan ke yonif123rw@gmail.com ) Terima Kasih ... Salam RAJAWALI

MENU

ETIKA MILITER

Militer adalah semua hal yang berkaitan dengan profesi sebagai militer, kemiliteran/angkatan bersenjata dan operasi militer sedangkan Etika adalah semua hal yang berkaitan dengan moralitas, kebenaran atau prinsip-prinsip tentang kebenaran Etika Militer menurut DR. James H. Toner adalah mengetahui hal-hal yang benar dan melakukan yang benar. Jadi Etika Militer adalah bagaimana kita mempelajari tentang hal-hal yang baik dan benar dan kemudian memiliki keberani-an untuk bertindak. Mempelajari Etika Militer adalah penting baik bagi atasan maupun bawah-an, sebab kadangkala dalam sebuah operasi/penugasan para prajurit bisa dihadapkan pada suatu dilema dimana yang benar menurut mereka belum tentu dibenarkan oleh atasan karena ber-bagai pertimbangan lain. Kadang-kadang hal ini dijadikan lelucon bahwa Etika Militer adalah suatu kontradiksi antara: Hal itu tidak benar (It is not true !), tetapi banyak yang tidak memahami yang mana yang benar (Not everyone knows the truth).

Suatu contoh Etika Militer dalam perang yang dapat kita pelajari adalah suatu peristiwa dalam perang Malvinas. Kapten Harado Losito Perwira pasukan Komando Argentina terluka di bagian lengannya dalam suatu pertempuran dengan tentara Inggris. Dia terjatuh dalam sebuah lubang perlindungan namun masih tetap bersenjata. Pada saat itu dia melihat seorang tentara Inggris mengarahkan senjata kepadanya, sesaat Haracio berpikir bahwa itulah akhir dari hidupnya, namun ternyata sang serdadu Inggris tersebut tidak menembaknya walaupun dia belum menyerah, tetapi memerintahkannya untuk menyerah dan ke-mudian menjadikannya sebagai tawanan perang. Di sini dapat kita lihat bahwa sang serdadu bisa saja menembaknya, namun karena dilandasi oleh moral yang tinggi dia meminta Perwira Argentina tersebut untuk menyerah supaya tidak ditembak dan bisa ditolong.

TIGA "0"



Owing


Ordering

Oughting

TIGA "R"

Setelah kita membahas tentang Tiga "0", maka pedoman yang dapat diberikan untuk mendukungnya adalah:

Rules

Result

Realities

Rules

Result

Realities

TIGA "D"

Tiga D yang telah dijelaskan tadi berhubungan erat dengan tiga "D". Kita harus mencoba untuk Discern the truth (memperhatikan kebenaran) pada saat yang tepat, Declare the truth (mengumumkan kebenaran) setelah kita memperhatikannya secara seksama dan kemudian Do (melaksanakan) apa yang telah kita perhatikan dan umumkan.

Tiga "D" memberikan beban moral bagi kita untuk mendidik diri kita sendiri agar dapat meng-ingat hal-hal yang benar, berbicara untuk sebuah kebenaran dan melakukan yang benar. Satu "D" lagi yang perlu diketahui adalah Decision (mem-buat keputusan). Decision sebenarnya berasal dari bahasa latin yang berarti cut off yaitu memutuskan diri kita dan alternatif-alternatif yang tidak bermanfaat. Dengan demikian hal terpenting dari membuat/menentukan atau mengambil suatu keputusan adalah memutuskan diri kita dan penipuan dari pemutarbalikkan serta kebohongan dan kemudian mencari yang benar.

Setelah membahas Tiga "0", "R" dan "D", maka dapat kita simpulkan bahwa Tiga "0" mengajarkan kita tentang kepada siapa kita berhutang (Owe), memberikan perintah (Ordering) sebagaimana mestinya dan berlaku bertin-dak sebagaimana seharusnya (Oughting). Memang tidak ada standar bagi kita untuk mengembangkan tiga "0", tetapi kita diminta untuk setiap saat meningkatkannya menjadi lebih baik. "Serigala yang jahat bisa dengan mudah menggunakan bulu domba", dengan demikian kita perlu memperhatikan kebenaran (Discern the truth), mengumumkan (Declare) pendirian kita, mengatakan apa yang akan kita lakukan (Do) dan secara konsisten melakukan apa yang telah kita katakan (komitmen). Dengan memahami Tiga "R" akan membentuk kebiasaan untuk memihak kepada analisis moral, berhati-hati dalam memberikan alasan etika dan melakukan per-buatan luhur. Satu kata yang dapat merangkai se-muanya adalah karakter. Karakter semata-mata adalah aksi kebajikan.

Etika Militer bukanlah tentang mereka (them) tetapi tentang anda (you) tentang pengetahuan pada hal-hal yang benar (nilai-nilai kebenaran), melakukan yang benar dan menjadi orang yang memimpin hidup ini sebagaimana mestinya. Setidaknya setiap hari kita mengingat bahwa ada orang seperti Kapten John Miller yang mau mengorbankan jiwanya demi menyelamatkan orang lain. Bagaimana dengan orang-orang yang menggunakan seragam dan berjuang demi negara ini jauh sebelum kita ?? bukankah mereka yang memberikan republik ini bagi kita?? bukan-kah mereka yang mengajarkan kita tentang pemerintahan dari rakyat oleh rakyat kepada rakyat ("of the people, by the people, for the people")?? dan bukankah mereka juga yang menurunkan nilai-nilai luhur kepada kita untuk se-tidaknya mengingatnya sebagai awal dari pem-bangunan karakter dan Etika Militer??

Pembaca yang budiman mungkin akan me-lihat topik ini sebagai suatu hal yang sarat norma "Barat". Tetapi bila kita mau lebih peka, maka kita akan mengakui bahwa etika militer mengandung nilai yang universal. Jenderal Sun Tzu mengatakan "jangan makan sebelum semua prajuritmu kenyang,Jangan masuk ke kemahmu bila prajuritmu belum beristirahat". Sun Tzu adalah orang "Timur", dan ajarannya banyak digunakan oleh militer seluruh dunia. Bala tentara Mongol di bawah Jengis Khan dan Khubilai Khan sungguh menakutkan. Mereka - seperti dikatakan Bevin Alexander, bagaikan pasukan modern yang turun di waktu dan tempat yang salah. Ra-sanya, hampir tidak ada pasukan atau kekuatan lain di masa itu yang mampu meng-halangi mereka. Salah satu nilai yang dipegang oleh Jengis Khan dan Khubilai Khan adalah "loyalitas". Tidak pernah tercatat pasukan Mongol yang membeIot. Lagi-lagi, loyalitas adalah nilai universal yang diyakini oleh semua angkatan bersenjata. Pembaca juga mungkin akan melihat banyak contoh yang diambil dan film-film Hollywood. Banyak film-film tersebut memang fiksi, tetapi sekali lagi nilai atau norma yang di-kandungnya sesungguhnya nyata. Visuali-sasi nilai-nilai tersebut ke atas layar perak atau televisi mampu mengajarkan kepada para Kadet atau Siswa tentang nilai-nilai. Bila saja suguhan tontonan itu dikemas dalam diskusi di ruang kelas, maka kita dapat mengjarkan sesuatu kepada siapapun yang mau memahaminya, dan sesungguhnya proses pembangunan karakter telah terjadi.

Demikianlah sekilas tentang Etika Militer. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa tidak akan ada Etika Militer tanpa adanya suatu pe-ngertian. Tidak hanya pada apa yang telah dipe-rintahkan bagi kita untuk dilaksanakan, tetapi juga apa yang seharusnya kita kerjakan. Etika Militer adalah sesuatu yang penting, namun tidak sesederhana yang kita pikirkan. Etika Militer perlu di-tanamkan sejak dini sebagai bagian dari pem-bangunan karakter pribadi seorang prajurit profesional. Dengan mempelajari dan mema-hami Etika Militer, akan sangat berguna dalam kedinasan, penugasan operasi bahkan dalam perang sekalipun. ©


(Kenyataan). Kadang-kadang keputusan moral harus dibuat sekalipun dengan berbohong (melanggar aturan moral) karena kenyataan yang ada. Sebagai contoh anda tentunya akan berbohong ketika pintu rumah anda diketuk oleh Nazi Jerman (di sekitar tahun 1939) yang sedang mencari dua orang Yahudi yang saat itu bersembunyi di ruang bawah tanah rumah anda. Dalam hal ini anda telah mengutamakan nyawa orang walaupun harus berbohong. Hal inilah yang disebut Etika Situasi. Sebagai militer profesional kita harus mengetahui dan mema-hami peraturan-peraturan yang ada dan berlaku dan dengan demikian kita dapat memprediksi hasilnya. Namun demikian, kita tidak dapat mengabaikan dan bahkan harus mempertim-bangkan kenyataan/keadaan saat itu/saat tertentu.(Hasil), Mementingkan hasil atau pencapaian yang terbaik (terutama bagi militer profesional) kadangkala malah mengabaikan peraturan-peraturan yang berlaku. Hal ini justru menyulitkan apabila akan dikaitkan dengan etika. Peraturan-peraturan memang dapat didebatkan, namun banyak orang akan setuju bahwa walaupun hasil akhir yang dicapai baik namun hal itu tidak dapat digunakan untuk melegalkan cara-cara yang salah, melanggar aturan dalam menca-painya. Maukah anda menjadi seorang komandan yang selalu memandang etika sebagai menerima laporan-laporan yang baik saja tentang anak buahnya, menerima hasil inspeksi yang baik ataupun bahkan memenangkan perang tanpa menghiraukan dampak, akibat, atau banyaknya korban di pihak anak buahnya? Rasa-rasanya tidak, walaupun ada yang demikian. Kode ke-hormatan Taruna saja menyatakan bahwa berbohong, mencuri dan mencontek adalah salah walaupun dengan berbuat demikian seseorang bisa saja lulus ujian. Hal-hal inilah yang seharusnya ditanamkan sejak dini sebagai bagian dan Etika Moral. Terkait dengan pencapaian hasil yang diharapkan, Profesor Alfonso Gomez-Lobo seorang pemerhati moral mengatakan bahwa "What a good for us is not just to choose freely but freely to choose what is good". (Peraturan-peraturan). Walaupun sudah ada peraturan-peraturan yang berlaku, namun kadangkala sedikit bahkan tidak sama sekali yang kita ketahui tentang etika. Peraturan-peraturan memberikan tekanan kepada pedoman etika. Sebagian besar daripadanya diberikan dalam bentuk pelajaran etika kepada anak-anak kita, para pelajar dan bahkan para Kadet. Pengetahuan, hukum dan kebijaksanaan tentang perang secara berabad-abad berkembang/berubah. menjadi hukum perang dan kemudian berubah menjadi aturan pelibatan. Peraturan-peraturan memang sangat penting, akan tetapi kita tidak dapat menciptakan Etika Militer hanya dengan berdasar pada peraturan-peraturan. Se-valid dan seluruh apapun peraturan, ia bukan "pohon logika" bagi moral dan bukan juga "kalkulator" bagi etika. (Kenyataan) (Hasil) (Peraturan-peraturan) (Seharusnya). Maksudnya adalah pemahaman dan pengertian yang benar untuk melakukan sesuatu. Tiga R berikut adalah adalah pedoman bagi oughting. Tetapi kunci bagi Etika Militer adalah apa yang diperbuat oleh para pra-jurit belum tentu sama dengan apa yang seha-rusnya mereka perbuat. Kedengarannya sederhana, tetapi tidak bagi hirarki dalam militer terutama tuntutan kepatuhan terhadap perintah atau lebih tepat lagi disiplin total. Namun demikian, etika lebih ditekankan kepada tuntutan terhadap kondisi dan konteks kepatuhan terhadap perintah yang seharusnya dipatuhi menurut hukum. Kadang-kadang terjadi ketegangan antara ke-inginan kewibawaan militer/komando dengan pertimbangan etika/kata hati. Sehingga dalam hal ini bukan saja tergantung pada apa yang seha-rusnya atau kekuatan atau pada hukum positip tetapi juga terhadap apa yang benar atau etika atau hukum moral. (Perintah). Etika Militer juga tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya konsep "Perintah". Dengan adanya perintah, tidak melulu berarti memerintahkan bawahan untuk melakukan sesuatu, tetapi lebih kepada perintah yang lebih mengacu kepada kerangka moral dan prioritas etika. Dalam film A Few Good Men, sang Kopral Marinir mengatakan kepada kuasa hukumnya di pengadilan bahwa "kode merah" yang dimaksud sesuai atau berdasarkan kepada Kesatuan, Korps, Tuhan dan Negara. Atasan sang Kopral (sang Kolonel) membelanya, karena rasa semangat pada Korps yang berlebihan, sehingga Negara (hukum) dinomor duakan. Mengacu pada peristiwa ini, pada kenyataannya memang banyak kesalahan atau kegiatan illegal justru terjadi karena kesalahan pemberi perintah (leaders’ failure to order wisely and well). Sebelum masuk ke penjelasan tentang 0 yang ketiga, kita juga sebaiknya memahami Tiga P yaitu : Principle (Prinsip, kebenaran dan kehor-matan). Purpose (Tujuan Keberhasilan misi dan tugas) dan People (Prajurit sesama bangsa). Ada suatu prinsip yang sudah mengakar di kepemimpinan militer yang berbunyi "know your troops and look out for their welfare" (kenali pasukan anda dan perhatikan kesejahteraan mereka). Namun apabila para pemimpin menempatkan anak buahnya sebagai yang utama, maka pengabdian tidak lebih dari sekedar masalah moral, kesejahteraan dan operasi rekreasi. Yang men-jadi poin di sini, urut-urutan semestinya adalah Tuhan (Nilai-nilai Ketuhanan), Negara, Korps dan yang terakhir adalah Kesatuan.(Berhutang). Kita mungkin masih ingat suatu film perang yang mengangkat kisah pada Perang Dunia II tentang misi penyelamatan Private Ryan yang semua saudaranya telah gugur dalam perang oleh sebuah tim yang dipimpin oleh Kapten John Miller. Miller dan pasukannya bergu-guran hanya supaya bisa menyelamatkan Ryan. Hal ini menunjukkan bahwa Etika Militer tidak bisa berdasarkan "Me-ism" atau "egoisme", tetapi ber-dasarkan kepada siapa dan apa kita berhutang. Sama seperti seorang Ryan, kita juga seharusnya memahami bahwa kita juga "Berhutang" kepada Negara, Keluarga, Dinas, Rantai Komando dan bahkan kepada rekan-rekan kita. Hal inilah yang sebenarnya lebih dikenal dengan kata Commitment di Angkatan Laut dan Korps Marinir, Service Before Self di Angkatan Udara dan Selfless Service di Angkatan Darat Amerika Serikat. Etika Militer tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya konsep "Berhutang". Apabila kita memiliki sense "Berhutang", maka kita dapat mengenali dan lebih memahami kewajiban, tugas dan tanggung jawab yang pada gilirannya dapat meningkatkan pemikiran berdasarkan moral dan alasan-alasan etik. Apabila seseorang tidak merasa berhutang sama sekali pada orang lain, maka orang itu adalah psikopat moral yang tidak mampu untuk membedakan kehormatan dan tanggung jawab.Etika Militer berakar pada tiga "0" yaitu Owing (Berhutang), Ordering (Perintah) dan Oughting (Seharusnya...).

Sumber : Majalah cakrawala Selengkapnya...

Korem 023ks